Membuat Kalimat Efektif

Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh jurnalis dalam menulis berita. Genre bahasa ini bersifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas.

Membuat kalimat efektif adalah keahlian bahasa yang mesti dimiliki jurnalis. Kalimat yang efektif bukanlah soal panjang pendeknya, tapi penulis harus bertanggungjawab pada setiap kata yang ditulis, ada kontrol pada setiap kata.

Pada dasarnya, setiap kalimat yang amat panjang, lebih dari 15-20 kata, bisa mengaburkan hal yang lebih pokok, apalagi dalam bahasa jurnalistik. Itulah sebabnya penulisan lead (awal) berita sebaiknya dibatasi hingga 13 kata. Bila lebih panjang dari itu, pembaca bisa kehilangan jejak persoalan. Apalagi bila dalam satu kalimat terlalu banyak data yang dijejalkan.

Jadi, supaya kalimat anda menjadi efektif, perhatikan:
1. Kalimat/kata tidak efektif = boros ”Tidak diragukan lagi bahwa ialah orangnya yang tepat”. (Bisa disingkat: ”Tak diragukan lagi, ialah orangnya yang tepat”.) Pembubuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa dihapuskan, kalau ada keterangan waktu. Misalnya: ”Presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear”. (Bisa disingkat: ”Presiden besok meninjau pabrik….”). Penggunaan dimana, kalau tak hati-hati, juga bisa tak tepat dan boros. Dimana sebagai kataganti penanya yang berfungsi sebagai kataganti relatif muncul dalam bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa Barat. Misalnya: ”Rumah dimana saya diam”, yang berasal dari ”The house where I live in”, dalam bahasa Indonesia semula sebenarnya cukup berbunyi: ”Rumah yang saya diami”. Misal lain:
”Negeri dimana ia dibesarkan”, dalam bahasa Indonesia semula berbunyi: ”Negeri tempat ia dibesarkan”.

2. Waspadai pengaruh bahasa daerah, bahasa tutur. Misal: ”Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri”; Rumahnya pak camat.

3. Pengaruh terjemahan bhs Inggris (asing)
Misal pada kalimat: Dalam hal ini pengertian dari Pemerintah diperlukan… kalimat ini bisa disingkat: Dalam hal ini pengertian Pemerintah diperlukan.
Contoh juga: Sintaksis adalah bagian daripada tatabahasa. kalimat ini bisa disingkat: Sintaksis adalah bagian tatabahasa.

Pemakaian untuk sebagai terjemahan to (Inggris) yang sebenarnya bisa ditiadakan Misalnya:
Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India”. (Bisa disingkat: ”Uni Soviet cenderung mengakui……”). ”Pendirian semacam itu mudah untuk dipahami”. (Bisa disingkat: ”Pendirian semacam itu mudah dipahami”). Pemakaian adalah sebagai terjemahan is atau are (Inggris) tak selamanya perlu: Misalnya: ”Kera adalah binatang pemamah biak”. (Bisa disingkat ”Kera binatang pemamah biak”).

Jika menggunakan sumber berita dari Luar Negeri, sering pula kita dapatkan istilah-istilah yang kurang akrab bagi pembaca kita/lokal. Misal: “Arkeolog menemukan fosil dinosaurus sepanjang 12 kaki”, sebaiknya ukuran ‘kaki’ kita ubah/konversikan ke ukuran metrik (meter, cm).

4. Hati-hati dengan kalimat majemuk, kalimat majemuk bertingkat
Jangan membuat pembaca lelah. Upayakan pembaca mudah mencerna kalimat yang kita buat. Si penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.
Gunakan kata/Kalimat Sederhana. Kalimat sederhana terdiri dari satu pokok (subjek) dan satu sebutan (predikat). Hindari menulis dengan kata keterangan dan anak kalimat.

JADI: Ganti kata-kata yang sulit atau asing dengan kata-kata yang mudah. Bila perlu ubah Ingat KISS (Keep It Simple and Short) Hindari kata-kata berkabut. Kata-kata berkabut adalah tulisan yang berbunga-bunga, menggunakan istilah teknis, ungkapan asing, yang tidak perlu dan ungkapan umum yang kabur, kata/bahasa yang hanya difahami oleh kalangan elite tertentu. Yang diperlukan Bahasa Indonesia ragam jurnalistik adalah kejernihan tulisan (clarity).

Memakai EYD (Bahasa baku?)

Beberapa media membuat pengecualian dgn alasan penghematan ruang, melakukannya dengan sengaja dan konsistensi. Hal ini menyebabkan sesekali kalangan jurnalistik memunculkan istilah baru ke dalam bahasa yang dipakainya. Contoh: Xmas dan Anda.
Namun pada prinsipnya meletakkan bahasa baku sebagai panutan utama, misal soal ejaan, hurup berar/kecil, titik/koma, akronim dll.

Secara lebih seksama bahasa jurnalistik dapat dibedakan pula berdasarkan bentuknya menurut media menjadi bahasa jurnalistik media cetak, bahasa jurnalistik radio (lebih ke bahasa lisan, penghematan pada durasi) bahasa jurnalistik televisi (dihubungkan dgn keberadaan grafis/video) dan bahasa jurnalistik media online internet (lebih padat). Bahasa jurnalistik media cetak, misalnya, kecuali harus mematuhi kaidah umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus yang membedakannya dari bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik TV, dan bahasa jurnalistik media online internet. (***)

Leave a comment