Mengenal Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik yang dimaksud dalam tulisan ini, adalah foto karya jurnalistik, atau foto yang kemudian dimuat dalam media massa/jurnalistik. Jadi, foto jurnalistik musti memperhatikan nilai-nilai jurnalistik (yaitu: Signifikansi/penting, kedekatan,  kebaruan-waktu, ketokohan, dll lihat kembali ‘nilai berita’). Dalam hal inilah foto jurnalisttik berbeda dengan foto dokumentasi/pribadi dan juga dengan foto seni/art photografi.

Ciri-ciri foto jurnalis:

1. Memiliki nilai berita, atau foto tersebut menjadi (sebagai) berita sendiri.

2. Melengkapi suatu berita/artikel.

3. Dimuat dalam suatu media.

Membahasa foto jurnalistik, kita mengenal istilah foto berita/peristiwa, foto ilustrasi, foto ilustrasi aktif dan foto ilustrasi pasif, foto spot news, foto general news, foto feature, essay foto , foto headshot.

Foto berita/peristiwa, dapat berdiri sendiri walau hanya dengan sebuah caption ringkas, namun sangat deskriptif Sehingga mampu menginformasikan banyak pesan.

Pesan dalam foto: Ikon, Simbol dan Indeks

Agar fotonya dapat membawa banyak pesan ini, jurnalis fotografer berusaha memasukkan sebanyak mungkin simbol, ikon, indeks di dalam karya foto jurnalistiknya.  Misalnya, perhatikan foto dibawah ini:

001

Foto di halaman 1  Harian Jawapos (edisi Minggu 3 Juni 2012 ini) tidak hanya berupa gambar sebuah bus yang terbakar hebat, tetapi pada pinggir foto dapat kita lihat gambar patung selamat datang (tugu pancoran) yang sudah menjadi ikon kota Jakarta, jadi tanpa membaca caption foto, orang yang melihat foto ini langsung tahu lokasi kejadian. Asap mengepul hitam itu,  juga merupakan indeks dahsyatnya peristiwa kebakaran. Foto juga mempelihatkan logo yang jadi simbol bus Trans-Jakarta.

Sebuah permisalan lain, ketika kita memotret peristiwa demontrasi, maka kita upayakan memasukkan dalam hasil foto kita berbagai simbol yang dibawa demontran (mengupayakan pembaca agar langsung tahu, tanpa perlu membaca caption foto, dari kelompok manakah demontran tersebut).

Hal lain dalam foto jurnalistik, kita harus sadar (dan mengupayakan) foto jurnalistik membawa (se-sarat mungkin) pesan berupa indeks. Ketika kita memotret peserta sidang paripurna DPR /MPR yang sedang terkantuk-kantuk  di kursinya, maka kita menyampaikan ekspresi mengantuk mereka yang merupakan indeks  dari banyak hal (salah satunya) sikap mereka sebagai wakil rakyat dalam mengemban tugasnya.

Foto jurnalistik menjadi kaya/sarat pesan, karena wartawannya  jeli mencermati ikon, simbol dan indeks, yang kemudian memasukkannya dalam karya fotonya. Diskusikan, simbol-ikon-indeks apa yang terdapat dalam foto-foto berikut:

Dalam dunia jurnalistik foto, kita juga mengenal foto ilustrasi. Baik foto ilustrasi aktif maupun foto ilustrasi pasif.  Foto ilustrasi aktif menjadi foto pendamping bagi tulisan, sesuai dengan tema atau peristiwa, ia betul-betul terkait langsung dengan tulisan.  Sedangkan foto ilustrasi pasif, menjadi pelengkap  tulisan walaupun bukan merupakan foto peristiwa yang terkait langsung dengan isi tulisan, ia menjadi ilustrasi pasif mungkin sekadar pemanis, penghias halaman.

Selain itu, kita mengenal istilah Spot news: Yaitu pengambilan foto-foto secara insidential, artinya tanpa perencanaan. Misalnya foto bencana. Seorang wartawan harus siap mengambil foto sewaktu-waktu. Sebab banyak peristiwa yang terjadi begitu mendadak. Dalam hal ini, banyak juga karya foto yang dibuat dengan kamera saku, bahkan kamera HP, bisa punya nilai tinggi secara jurnalistik.

Foto Spot News dapat dibedakan foto general news: ini jenis foto yang diambil secara terencana, karena kejadiannya memang sudah terjadwal atau sudah diperkirakan. Wartawan foto bisa melakukan persiapan sebaik-baiknya. Misalnya, foto SU MPR, foto pertandingan olahraga, dll.

Cobalah cari tahu arti istilah Foto Feature, Esai Foto, dan Foto Headshot!?

Etika Foto Jurnalistik

Coba perhatikan pula foto berikut ini, untuk menyadarkan kita bahwa dalam foto jurnalistik harus memperhatikan pula kaidah-kaidah etika, baik dalam mengambil foto, mengedit maupun menayangkannya, ataupun memberi caption (keterangan) foto tersebut. Pelajari kode etik jurnalistik yang terkait foto:

emosion

Foto berikut ini (foto dari konflik di Syiria) pernah menggegerkan dan menjadi viral di Internet, karena diberi caption tentang “Bocah Syiria menyeberangi gurun sendirian, karena tertinggal dari rombongan pengungsi lain” oleh staf Unicef yang mengambil gambarnya.

Syirian Kid

Padahal sebenarnya Marwan (nama bocah pengungsi Syiria tersebut) hanya tertinggal “beberapa meter” dari rombongan pengungsi yang menyeberang gurun bersama-sama dari Syiria ke Yordania, sebelum disambut oleh petugas Unicef/UNHCR di ujung gurun perbatasan Yordania. Perhatikan foto berikut, yang merupakan rangkaian kejadian di tempat dan waktu sama:

Syrian-refugees-011

Demikianlah posisi Marwan sebenarnya dalam rombongan.., terlepas bahwa kita prihatin akan nasib pengungsi anak-anak tersebut, bagaimanapun juga menyesatkan publik dengan cara seperti ini, tidak bisa dibenarkan dalam jurnalistik.

Sekian.

Selamat bereksperimen dengan foto-foto jurnalistik karya anda sendiri.

Leave a comment